• Mystery, Others, Unik 15.05.2011

    Menguak Misteri ”Déjà vu”

    deja vu
    deja vu

    Di tengah keasyikan menonton sebuah teater, mendadak Andi terbawa ke masa silam. Ia yakin betul sudah pernah mengalami pengalaman yang sama persis dengan yang dialami detik itu juga. Pemandangan itu, musik itu, hingga ke warna baju orang di sebelahnya. Semua diyakini pernah ia alami sebelumnya. Tapi kapan dan di mana, lelaki itu tak pernah mampu mengingatnya.

    Andi hanya satu dari sekian juta orang di dunia ini yang mengalami déjà vu. Apa itu déjà vu? Agak sulit menjelaskan definisi peristiwa yang lebih populer dalam bahasa Prancis ini. Namun yang jelas, kalau ditanya pernahkan kita ada pada suatu kondisi di mana merasa pernah mengalami sebuah peristiwa yang sama persis di masa lalu, maka jawabnya hampir selalu ya.

    Definisi déjà vu secara ilmu kejiwaan, menurut Dr. Vernon Neppe MD, PhD, Direktur Pacific Neuropsychiatric Institute (PNI), adalah pengaruh subjektif mengenai anggapan adanya kesamaan pengalaman saat ini dengan masa lalu yang sulit dijelaskan. Sedangkan James Lampinen, profesor psikologi dari University of Arkansas mendefinisikan déjà vu sebagai perasaan begitu kuat mengenai adanya kesamaan global yang terjadi pada situasi baru. Kesamaan pengalaman dalam déjà vu ini bersifat keseluruhan, hingga setiap detail terkecil, mirip sekali dengan yang pernah dialami seseorang di masa lampau. Tapi pengalaman ini selalu disertai dengan perasaan tidak nyata.

    ”Kebanyakan orang pernah mengalami déjà vu. Dari survei yang pernah dilakukan, mayoritas responden menjawab ia pernah mendapatkan pengalaman déjà vu, minimal sekali dalam seumur hidupnya,” papar Lampinen seperti dilansir Scientific American.

    Teori ini didukung oleh Neppe yang sempat mengadakan survei pada dekade 1980-an. Setidaknya 70 persen dari populasi yang pernah dijumpainya sempat mengalami déjà vu. Orang termuda yang pernah mengalami déjà vu dilaporkan berusia lima tahun.

    Sampai saat ini memang belum ditemukan apa gerangan penyebab déjà vu. Namun beberapa pendekatan teoretis sudah pernah dilakukan. Sigmund Freud, ahli psikoanalisis itu sempat mengamati ihwal kondisi aneh ini. Menurut Freud, déjà vu terjadi ketika seseorang secara spontan teringat kembali pada sebuah fantasi yang muncul tanpa disadari. Karena hal ini tak disadari, maka kandungan fantasinya tidak bisa dicermati lebih lanjut. Ia hanya bisa teringat sepintas bahwa peristiwa yang terjadi detik itu sempat terlintas di benaknya entah kapan.

    Proses Informasi

    deja vu
    deja vu

    Lampinen yang memusatkan perhatian di bidang memori berpendapat, déjà vu kerap dijelaskan sebagai proses sebuah informasi. Herman Sno, misalnya, seorang psikolog asal Belanda yang memang ahli masalah déjà vu sempat menuturkan bahwa semua memori tersimpan dalam sebuah format di otak sama dengan yang digunakan untuk menyimpan gambar holografi. Yang dimaksud holografi oleh Sno adalah gambar tiga dimensi yang dihasilkan oleh sinar laser. Hasil gambarnya kita kenal dengan nama hologram.

    Tidak seperti fotografi tradisional, setiap bagian hologram mengandung semua informasi yang diperlukan untuk menghasilkan gambar secara keseluruhan. Makin kecil sebuah bagian dipakai, makin sedikit kemiripan hasil gambar dengan aslinya.
    Berangkat dari teori ini maka memori manusia bekerja dengan cara analog. Maka bisa disimpulkan bahwa pengalaman déjà vu terjadi ketika seseorang mengalami situasi yang cocok dengan yang pernah terlintas di benaknya di masa silam.
    ”Bisa juga dilakukan pendekatan déjà vu sebagai kecocokan model memori secara keseluruhan. Dari sisi ini maka sebuah situasi bisa jadi terkesan sama bagi satu atau dua orang sekaligus,” tutur Lampinen yang memiliki laboratorium khusus untuk menganalisis memori ini.

    Usaha untuk memahami apa itu déjà vu juga melanda dunia neuro science (ilmu saraf) yang lebih memusatkan perhatian ke otak daripada kejiwaan manusia. Para ahli bidang ini membedakan memori menjadi dua bagian, yakni yang berasal dari ingatan kesengajaan dan keserupaan. Sebagai contoh, mayoritas orang bisa secara tak sengaja teringat pada ciuman pertamanya. Mereka secara mental mampu membawa dirinya kembali ke masa lalu. Tapi ada saatnya kita bertemu seseorang yang sudah pernah kita jumpai sebelumnya tanpa ingat kapan dan di mana.
    Para ilmuwan percaya bahwa sistem memori termasuk di dalamnya korteks bagian depan dan media hippocampus bisa mengumpulkan kembali memori lama secara tidak disengaja. Hal ini terhubung juga dengan parahippocampal gyrus yang menjadi media perasaan adanya kesamaan.

    Josef Spatt dari University of Lyon, Prancis merupakan orang pertama yang berargumen bahwa déjà vu bisa terjadi ketika parahippocampal gyrus dan area yang terhubung teraktifkan dalam keadaan normal sesuai berfungsinya korteks bagian depan beserta hippocampus. Kondisi ini menghasilkan sebuah perasaan kuat yakni keyakinan adanya kesamaan suatu peristiwa tapi tidak diikuti dengan ingatan yang disengaja. Dalam hal ini maka kita tak mampu mengingatnya seperti saat kita mengenang ciuman pertama kita beberapa tahun silam.

    Hingga hari ini, penelitian ihwal pengalaman aneh ini masih terus dilakukan. Dan mirip dengan mimpi, déjà vu sangat sulit dijelaskan dengan mudah dan sederhana. Bahkan beberapa kalangan rohaniwan berpendapat bahwa déjà vu merupakan bukti adanya reinkarnasi. Betulkah? Agaknya déjà vu akan terus menjadi misteri.

    Menciptakan ‘Deja Vu’ dalam Laboratorium

    Deja Vu
    Deja Vu

    Salah satu hal yang menyulitkan para peneliti dalam mengungkap misteri deja vu adalah kemunculan alamiahnya yang spontan dan tidak dapat diperkirakan. Seorang peneliti tidak dapat begitu saja meminta partisipan untuk datang dan ‘menyuruh’ mereka mengalami deja vu dalam kondisi lab yang steril. Deja vu pada umumnya terjadi dalam kehidupan sehari-hari, di mana tidak mungkin bagi peneliti untuk terus-menerus menghubungkan partisipan dengan alat pemindai otak yang besar dan berat. Selain itu, jarangnya deja vu terjadi membuat mengikuti partisipan kemana-mana setiap saat bukanlah hal yang efisien dan efektif untuk dilakukan. Namun beberapa peneliti telah berhasil mensimulasikan keadaan yang mirip deja vu.

    Seperti yang dilaporkan LiveScience, Kenneth Peller dari Northwestern University menemukan cara yang sederhana untuk membuat seseorang memiliki ‘ingatan palsu’. Para partisipan diperlihatkan sebuah gambar, namun mereka diminta untuk membayangkan sebuah gambar yang lain sama sekali dalam benak mereka. Setelah dilakukan beberapa kali, para partisipan ini kemudian diminta untuk memilih apakah suatu gambar tertentu benar-benar mereka lihat atau hanya dibayangkan. Ternyata gambar-gambar yang hanya dibayangkan partisipan seringkali diklaim benar-benar mereka lihat. Karena itu, deja vu mungkin terjadi ketika secara kebetulan sebuah peristiwa yang dialami seseorang serupa atau mirip dengan gambaran yang pernah dibayangkan.

    LiveScience juga melaporkan percobaan Akira O’Connor dan Chris Moulin dari University of Leeds dalam menciptakan sensasi deja vu melalui hipnosis. Para partisipan pertama-tama diminta untuk mengingat sederetan daftar kata-kata. Kemudian mereka dihipnotis agar mereka ‘melupakan’ kata-kata tersebut. Ketika para partisipan ini ditunjukkan daftar kata-kata yang sama, setengah dari mereka melaporkan adanya sensasi yang serupa seperti dejavu, sementara separuhnya lagi sangat yakin bahwa yang mereka alami adalah benar-benar deja vu. Menurut mereka hal ini terjadi karena area otak yang terkait dengan familiaritas diganggu kerjanya oleh hipnosis.

    Déjà vu dipengaruhi usia

    Ada pula yang beranggapan bahwa déjà vu ini adalah sebuah penyakit dalam ingatan sehingga semakin tua umur seseorang maka akan semakin sering pula terjadi déjà vu. Seorang ilmuwan asal Jepang dan juga merupakan seorang neuroscientist MIT, Susumu Tonegawa, melakukan eksperimen terkait fenomena ini pada tikus dengan membandingkan ingatan pribadi (episodik) dengan ingatan baru yang tercatat dalam dentate gyrus. Ia menemukan bahwa tikus yang dentate gyrusnya tidak berfungsi normal kemudian mengalami kesulitan dalam membedakan dua situasi yang serupa tapi tak sama. Hal ini dapat menjelaskan mengapa pengalaman akan deja vu meningkat seiring bertambahnya usia atau munculnya penyakit-penyakit degeneratif seperti Alzheimer. Kehilangan atau rusaknya sel-sel pada dentate gyrus akibat kedua hal tersebut membuat kita sulit menentukan apakah sesuatu ‘baru’ atau ‘lama’.

    Macam-macam déjà vu

    Déjà vu juga terjadi dalam berbagai bentuk. Ada yang hanya bisa mengingat secara samara-samar, ada yang hanya mengingat lokasi kejadian dan ada pula yang mengingat hal-hal yang sangat mendetail. Secara garis besar, déjà vu terdiri dari empat jenis berikut.
    1. Déjà Vu
    Déjà vu jenis ini yang paling banyak terjadi dimana kita pernah merasakan suatu kondisi yang sama sebelumnya dan yakin pernah terjadi di masa yang lampau dan berulang kali. Sering kali pada saat itu individu akan diikuti oleh perasaan takut, rasa familiar yang kuat dan merasa aneh.

    2. Déjà Vécu
    Perasaan yang terjadi pada Deja vecu lebih kuat daripada déjà vu. Deja vecu seseorang akan merasa pernah berada dalam suatu kondisi sebelumnya dengan ingatan yang lebih detail seperti ingat akan suara ataupun bau.

    3. Déjà Senti
    Déjà Senti adalah fenomena “pernah merasakan” sesuatu. Suatu ketika kamu pernah merasakan sesuatu dan berkata “Oh iya saya ingat!” atau “Oh iya saya tahu!” namun satu dua menit kemudian sadar bahwa sebenarnya kamu tidak pernah berbicara apa pun.

    4. Jamais Vu
    Jamais Vu (tidak pernah melihat/mengalami) adalah kebalikan dari déjà vu. Kalau déjà vu mengingat hal-hal yang sebenarnya belum pernah dilakukan sebelumnya, Jamais Vu lain lagi. Tipe déjà vu semacam ini justru tiba-tiba kehilangan memorinya dalam mengingat sesuatu hal yang pernah terjadi dalam diri. Hal ini bisa terjadi karena kelelahan otak.

    5. Déjà Visité
    Déjà vu tipe ini lebih menitikberatkan pada ingatan seseorang akan sebuah tempat yang belum pernah ia datangi sebelumnya tapi merasa pernah merasa berada pada lokasi yang sama. Déjà Visité berkaitan dengan tempat atau geografi.

    Deja vu
    Deja vu

    Posted by tonywijaya @ 4:30 pm

    Tags: , , , ,

  • Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *